JAKARTA, SENIN — Hari ini harga premium dan solar turun, tetapi tak ada tanda-tanda berimbas pada berubahnya tarif angkutan umum. Para pengemudi masih keberatan untuk menurunkan tarif.
“Jumlah penumpang itu sudah turun saat kenaikan harga BBM, apalagi turunnya tarif itu tidak seberapa. Setoran kami juga tetap, jadi mau bagaimana lagi,” tutur Amin (42), sopir mikrolet, yang ditemui Kompas.com saat sedang mengisi bahan bakar di SPBU Palmerah, Jakarta, Senin (15/12).
Amin mengatakan, saat ini mencari penumpang susah, apalagi jumlah angkutan umum tetap, saingan sesama sopir semakin banyak. “Jadi, harga BBM naik atau turun, sama saja, yang dapet untung paling ya bos yang terima setoran kami,” tutur pria asal Kemandoran itu.
Tarif angkutan mikrolet 09 jurusan Tanah Abang-Kebayoran Lama saat ini Rp 2.500, sedangkan menurut Amin besaran setoran kepada pemilik angkot sebesar Rp 70.000 per hari. “Itu pun kadang bisa lebih, kemarin waktu harga premium naik, setoran malah tetap, ya begitulah, pemilik kadang enggak ngerti bagaimana susahnya cari penumpang. Jadi, sehari paling saya cuma bawa uang Rp 20.000-Rp 30.000, kadang ngeri juga kalau anak minta bayaran sekolah,” kata Amin.
Hal senada juga dikatakan Kohar (48), sopir bus Kopaja jurusan Blok M-Tanah Abang yang enggan menyebut berapa setoran per harinya. “Wah, harga BBM naik atau turun, kok ya sama aja, lha turunnya cuma Rp 500, tapi kalau naik ugal-ugalan. Setoran ke bos tetap sama aja, dapatnya paling cuma Rp 30.000-an sehari,” kata Kohar.
Bapak tiga anak ini juga mengaku belum tahu apakah setoran akan berubah sejalan dengan turunnya harga BBM. “Belum ada tanda-tanda mau diturunkan tarifnya, paling kalau ada imbauan dari pemerintah saja, kalau dari pihak pemilik kayaknya tak mungkin,” ujar pria asal Sukoharjo, Jawa Tengah, itu.
“Kalau tarif turun, ya semoga penumpang makin banyak, lha sekarang kan kredit motor juga murah, ini juga berimbas ke turunnya jumlah penumpang kendaraan umum lho,” kata Kohar.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar